Senin, 26 Desember 2016

Review film "Transcendence"



Transcendence adalah sebuah film fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Wally Pfister, dan ditulis oleh Jack Paglen. Dibintangi oleh Johnny Depp, Rebecca Hall, Kate Mara, Cillian Murphy, Paul Bettany, and Morgan Freeman.
Dr. Will Caster (Johnny Depp) memiliki impian menciptakan sebuah teknologi komputer super canggih yang kemampuannya akan lebih besar dari kepintaran kolektif semua manusia yang pernah ada. Saat usahanya hampir berhasil, ia ditembak oleh kelompok yang menyebut diri sebagai 'gerakan antiteknologi'.
Kelompok teroris anti teknologi yang menamai diri mereka Revolutionary Independence From Technology (R.I.F.T.) menembak Will dengan peluru berlapis bahan radiasi. Dalam keadaaan sekarat, sang istri, Evelyn (Rebecca Hall) dan sahabatnya, Max (Paul Bettany) berusaha menolong Will dengan menghubungkan isi otak Will ke dalam teknologi komputer yang sedang dikembangkannya. Will sekarat, menunggu 4-5 minggu menuju kematiannya. Ia tak sadar bahwa keberhasilannya justru menciptakan monster cyber yang tak terkendali. Ia mampu mengakses seluruh program berbasis internet di seluruh dunia, membobol bank dan kode-kode rahasia pemerintah bahkan melihat hingga ukuran nano di seluruh penjuru bumi. Ia bebas berselancar kemanapun tanpa batas. Ia juga mampu mengenali sistem tubuh manusia dan membaca perasaan manusia. Termasuk mengendalikan seluruh alam semesta layaknya Tuhan.
Will Casey (Johnny Depp) mempunyai lab yang membangun sebuah AI (Artifical Intelegent) yang kuat. Temuan pertamanya, PINN berhasil diciptakan dengan prosessor kuantum canggih. Namun belum sempurna sebab PINN belum memiliki sisi perasaan dan sifat-sifat manusia lainnya. Isi otak Will yang diunggah seluruhnya di supercomputer, menjadi jawabannya. Teknologi ibarat dua sisi pedang, ia bisa sangat bermanfaat atau sebaliknya. Ia jika tak terkendali dan di tangan orang yang salah, yang datang justru musibah. Meminjam konsep High Tech High Touch milik John Naisbitt, bahwa teknologi sepatutnya tetap mampu menyentuh sisi moral dan kemanusiaan yang tinggi. High Tech harus mampu menyentuh nilai-nilai intrinsik kemanusiaan yang mengarah pada yang seharusnya, kedekatan dengan manusia, alam semesta dan Tuhannya. Sehingga keseimbangan antara High Tech dan High Touch merupakan keseimbangan antara IPTEK dan IMTAQ (iman dan taqwa). Sebagai contoh, teknologi yang dikembangkan Will salah satunya menyentuh bidang hybridisasi dan rekayasa genetika. Dampak positifnya, ia mampu menemukan targeted cell therapy yang sangat bermanfaat untuk penyembuhan kanker, mempercepat perbaikan sel yang rusak dan kemampuan menduplikasi bahkan menciptakan sel baru dengan sangat cepat. Segala macam penyakit bisa disembuhkan, bahkan sampai tingkatan penyakit genetik yang sampai sekarang dinilai tak mampu diobati.
Puncaknya adalah ketika ia mampu menciptakan tubuhnya sendiri, menciptakan manusia. . Hal itulah yang ditakutkan oleh kelompok teroris R.I.F.T., ketika teknologi melampaui batas kemampuan manusia. Ia menjadi tanpa batas dan kendali yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan kerusakan bagi manusia dan alam semesta. R.I.F.T. berusaha mati-matian menghancurkan laboratorium raksasa bawah tanah milik Will dan Evelyn. FBI mengalami kekhawatiran yang sama. Mereka takut Will akan menciptakan pasukan manusia tanpa mengenal kematian yang berpotensi menjadi senjata perang. FBI melalui Joseph dan Max yang merupakan teman akrab Will dan Evelyn, mencoba menghentikan mereka berdua. Namun gagal. “Ketika segala upaya tak berhasil, maka saatnya mencari kambing hitam. Kita gunakan teroris.” kata Max pada Joseph. R.I.F.T. menjadi alat FBI untuk menghancurkan laboratorium di Brightwood tersebut. Will memang berhasil mewujudkan impiannya. Tapi pada akhirnya dia sendiri tak mampu mengendalikan. Dan tak ada seorangpun yang mampu memahami maksud dari Will yang sudah menjadi supercomputer. Teknologi hybridisasi, nanoteknologi, menyembuhkan penyakit yang tak ada obatnya, targeted cell therapy, menciptakan manusia dan immortalitas.
Evelyn mengajukan diri sebagai pembawa virus yang akan digunakan untuk menghancurkan supercomputer Will. Ia tahu bahwa itu akan mematikannya, namun ia tetap bersikeras karena merasa semua itu menjadi tanggung jawabnya. Evelyn dan Will meninggal bersama. Diiringi dengan matinya seluruh jaringan komunikasi dan internet di seluruh dunia.

Kelebihan kecerdasan buatan yang berhasil dibuat oleh will yang mampu mengakses seluruh program berbasis internet di seluruh dunia, membobol bank dan kode-kode rahasia pemerintah bahkan melihat hingga ukuran nano di seluruh penjuru bumi. Dan mampu menemukan targeted cell therapy yang sangat bermanfaat untuk penyembuhan kanker, mempercepat perbaikan sel yang rusak dan kemampuan menduplikasi bahkan menciptakan sel baru dengan sangat cepat. Segala macam penyakit bisa disembuhkan, bahkan sampai tingkatan penyakit genetik yang sampai sekarang dinilai tak mampu diobati.

Dampak negatif dari film kecerdasan buatan ini adalah Transendensi bertujuan menambahkan dimensi transendental dengan cara membersihkan diri dari arus hedonisme, materialisme, dan budaya yang dekaden. Singkatnya, menghendaki manusia untuk mengakui otoritas mutlak Allah SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar